Mar'ahsolihah

Mar'ahsolihah
Rambu-rambu jalan menuju surga^_^

Kamis, 28 November 2013

CITA CITAKU
Ya Allah yang maha pengasih..... segala puj hamba haturkan nkepadaMu. Atas apa yang telah engkau berikan kepadaku. Engkau berikan hamba keluarga yang terbaik, teman-teman yang baik, pekerjaan yang baik. dan rizki yang baik. Hamba sadar hanya sekejap saja hamba hidup didunia ini. Hamba tidak tahu apakah hamba bisa menjalaninnya dengan sebaik-baiknya. Hanya kepadaMu tempat hamba mengeluh dan berharap.

Bantulah kami ya Allah menjalani kehidupan ini yang kadang terasa berat untuk dilalui. Berikan kami kekuatan utuk memberikan yang terbaik untuk makhluk2 Mu. Bimbinglah hati kami untuk senantiasa mengingatMu. Kuatkanlah kami untuk selalu menjalankan perintahMu dan menjauhi Semua laranganMu. Ikhlaskan hati kami untuk menjalankan semua kebajikan hanya karenaMu.

Ya Allah.... hamba tidak mampu mendidik anak-anak kami tanpa bantuanMu. Berikan hidayah kepada anak-anak kami, kepada saudara-saudara kami, kepada teman-teman kami dan kepada orang yang pernah berharga di hati kami.....

Ya Allah,,,, cita-citaku menjadi guru kini sudah tercapai. Kini tinggal 2 cita-citaku yang belum tercapai yaitu MAKKAH dan JANNAH. Istiqomahkan hamba dijalanMu ya Allah,,,, jadikan hamba qudwah hasanah bagi keluargaku, anak-anakku dan orang yang pernah hamba temui, bimbinglah langkah hamba ya Allah untuk selalu hidup dijalanMu.. Amiiin

Selasa, 26 Juli 2011

AMALIAH ROMADHAN

I. MASYRU’IYAT & MATLAMAT
“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu sekalian puasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu sekalian bertaqwa” (QS. Al-Baqarah:183 ).
“Bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dengan yang bathil), karena itu barangsiapa di antaramu menyaksikan (masuknya bulan ini) maka hendaklah ia puasa… ” (Al-Baqarah:185).

“Islam didirikan di atas lima perkara: Bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain Allah, dan sesungguhnya Muhammad itu adalah utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, puasa pada bulan Ramadhan, dan menunaikan haji ke Ka’bah” ( HR. Bukhari-Muslim).

“Diriwayatkan dari Thalhah bin ‘ Ubaidillah ra., bahwa sesungguhnya ada seorang bertanya kepada Nabi Saw, ia berkata, Wahai Rasulullah, beritakan kepadaku puasa yang diwajibkan oleh Allah atas diriku. Beliau bersabda: puasa Ramadhan. Lalu orang itu bertanya lagi: Adakah puasa lain yang diwajibkan atas diriku? Beliau bersabda: tidak ada, kecuali bila engkau puasa Sunnah”.

II. KEUTAMAAN RAMADHAN & BERAMAL DI DALAMNYA
“Ketika datang bulan Ramadhan, sungguh telah datang kepadamu bulan yang penuh berkat, diwajibkan atas kamu untuk puasa, dalam bulan ini pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, setan- Setan dibelenggu. Dalam bulan ini ada suatu malam yang nilanya sama dengan seribu bulan, maka barangsiapa diharamkan kebaikannya (tidak beramal baik di dalamnya), sungguh telah diharamkan (tidak mendapat kebaikan di bulan lain seperti di bulan ini)” ( HR. Ahmad, Nasai dan Baihaqy. Hadits Shahih Ligwahairihi).

“Diriwayatkan dari Urfujah, ia berkata, aku berada di tempat ‘Uqbah bin Furqad, maka masuklah ke tempat kami seorang dari Sahabat Nabi Saw ketika Utbah melihatnya ia merasa takut padanya, maka ia diam. Ia berkata: maka ia menerangkan tentang puasa Ramadhan, ia berkata, ‘Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda tentang bulan Ramadhan: Pada bulan Ramadhan ditutup seluruh pintu neraka, dibuka seluruh pintu surga, dan dalam bulan ini setan dibelenggu’. Selanjutnya ia berkata : ‘Dan dalam bulan ini ada malaikat yang selalu menyeru: Wahai orang yang selalu beramal kebaikan, bergembiralah Anda, dan wahai orang-orang yang berbuat kejelekan, berhentilah (dari perbuatan jahat). Seruan ini terus didengungkan sampai akhir bulan Ramadhan” (HR. Ahmad dan Nasai).

“Shalat lima waktu, shalat Jum’at sampai shalat Jum’at berikutnya, puasa Ramadhan sampai puasa Ramadhan berikutnya, adalah menutup dosa-dosa (kecil) yang diperbuat di antara keduanya, bila dosa-dosa besar dijauhi” (HR. Muslim).

“Puasa dan Qur’an itu memintakan syafa’at seseorang hamba pada hari kiamat nanti. Puasa berkata: Wahai Rabbku, aku telah mencegah dia memakan makanan dan menyalurkan syahwatnya pada siang hari, maka berilah aku hak untuk memintakan syafa’at baginya. Dan berkata pula Al-Qur’an: Wahai Rabbku, aku telah mencegah dia tidur di malam hari (karena membacaku ), maka berilah aku hak untuk memintakan syafaat baginya. Maka keduanya diberi hak untuk memintakan syafaat” (HR. Ahmad, Hadits Hasan).

“Sesungguhnya bagi surga itu ada sebuah pintu yang disebut ‘Rayyaan’. Pada hari kiamat dikatakan: Di mana orang yang puasa (untuk masuk Jannah melalui pintu itu)? Jika yang terakhir di antara mereka sudah memasuki pintu itu, maka ditutuplah pintu itu.” (HR. Bukhary-Muslim).
“Barangsiapa puasa Ramadhan karena beriman dan ikhlas, maka diampuni dosanya yang telah lalu dan yang sekarang” (HR. Bukhary-Muslim).

III. RUKUN PUASA
1. “Dan makan dan minumlah hingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar, lalu sempurnakanlah puasa itu sampai malam” (Al-Baqarah:187).
2. “Yang dimaksud (‘hingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam’) adalah gelapnya malam dan terangnya siang (fajar)” (H.R. Bukhary Muslim).
3. “Dan tidaklah mereka disuruh kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan mengikhlashkan ketaatan untuk-Nya” (Al-Bayyinah:5).
4. “Sesungguhnya semua amal itu harus dengan niat, dan setiap orang mendapat balasan sesuai dengan apa yang diniatkan” (HR Bukhary dan Muslim).
5. “Barangsiapa yang tidak beniat (puasa Ramadhan) sejak malam, maka tidak ada puasa baginya” (HR. Abu Dawud, Hadits Shahih).

Keterangan ayat dan hadit di atas memberi pelajaran kepada kita bahwa rukun puasa Ramadhan adalah sebagai berikut :
a. Berniat sejak malam hari (dalil 3, 4, dan 5).
b. Menahan makan, minum, jima’ dengan isteri pada siang hari sejak terbit fajar sampai terbenam matahari (dalil 1 dan 2).

IV. YANG DIWAJIBKAN PUASA RAMADHAN.
1. “Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu sekalian untuk puasa, sebagaimana yang telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu sekalian bertakwa” (Al-Baqarah:183).
2. “Diriwayatkan dari Ali ra., ia berkata, sesungguhnya Nabi Saw telah bersabda, telah diangkat pena (kewajiban syar’i/ taklif) dari tiga golongan: dari orang gila sehingga dia sembuh, dari orang tidur sehingga bangun, dan dari anak-anak sampai ia bermimpi/dewasa” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi).
Keterangan di atas mengajarkan kepada kita, yang diwajibkan puasa Ramadhan adalah: setiap orang beriman baik lelaki maupun wanita yang sudah baligh/dewasa dan sehat akal /sadar.

V. YANG DILARANG PUASA
“Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra. ia berkata, saat kami haidh pada masa Rasulullah Saw, kami dilarang puasa dan diperintahkan mengqadhanya, dan kami tidak diperintah mengqadha shalat ” (HR Bukhary-Muslim).

Wanita yang sedang haidh dilarang puasa sampai habis masa haidhnya, lalu melanjutkan puasanya. Di luar Ramadhan ia wajib mengqadha puasa yag ditinggalkannya selama dalam haidh.

VI. YANG DIBERI KELONGGARAN UNTUK TIDAK PUASA RAMADHAN
1. “(Masa yang diwajibkan kamu puasa itu ialah) bulan Ramadhan yang padanya diturunkan Al-Qur’an, menjadi pertunjuk bagi sekalian manusia, dan menjadi keterangan-keterangan yang menjelaskan pertunjuk, dan (menjelaskan) antara yang haq dengan yang bathil. Karenanya, siapa saja dari antara kamu yang menyaksikan anak bulan Ramadhan (atau mengetahuinya), maka hendaklah ia puasa di bulan itu; dan siapa saja yang sakit atau dalam musafir maka (bolehlah ia berbuka, kemudian wajiblah ia puasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. (Dengan ketetapan yang demikian itu) Allah menghendaki kamu beroleh kemudahan, dan Ia tidak menghendaki kamu menanggung kesukaran. Dan juga supaya kamu cukupkan bilangan puasa (sebulan Ramadhan), dan supaya kamu membesarkan Allah karena mendapat pertunjukNya, dan supaya kamu bersyukur.” (Al-Baqarah:185.)

2. “Diriwayatkan dari Mu’adz , ia berkata : Sesungguhnya Allah swt telah mewajibkan atas nabi untuk puasa, maka Dia turunkan ayat (Al-Baqarah:183-184), maka pada saat itu barangsiapa mau puasa dan barangsiapa mau memberi makan seorang miskin, keduanya diterima. Kemudian Allah menurunkan ayat lain (Al-Baqarah:185), maka ditetapkanlah kewajiban puasa bagi setiap orang yang mukim dan sehat dan diberi rukhsah (keringanan) untuk orang yang sakit dan bermusafir dan ditetapkan cukup memberi makan orang misikin bagi orang yang sudah sangat tua dan tidak mampu puasa” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Al-Baihaqi, dengan sanad shahih).

3. “Diriwayatkan dari Hamzah Al-Islamy, Wahai Rasulullah, aku dapati bahwa diriku kuat untuk puasa dalam safar, berdosakah saya? Maka beliau bersabda, hal itu adalah merupakan kemurahan dari Allah Ta’ala, maka barangsiapa yang menggunakannya, maka itu suatu kebaikan dan barangsiapa yang lebih suka untuk terus puasa maka tidak ada dosa baginya” (HR. Muslim)

4. “Diriwayatkan dari Sa’id Al-Khudry ra., ia berkata, kami bepergian bersama Rasulullah saw. ke Makkah, sedang kami dalam keadaan puasa Selanjutnya ia berkata: Kami berhenti di suatu tempat. Maka Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya kamu sekalian sudah berada di tempat yang dekat dengan musuh kalian, dan berbuka lebih memberi kekuatan kepada kamu. Ini merupakan rukhsah, maka di antara kami ada yang masih puasa dan ada juga yang berbuka. Kemudian kami berhenti di tempat lain. Maka beliau juga bersabda: Sesungguhnya besok kamu akan bertemu musuh, berbuka lebih memberi kekuatan kepada kamu sekalian, maka berbukalah. Maka ini merupakan kemestian, kami pun semuanya berbuka. Selanjutnya bila kami bepergian beserta Rasulullah saw. kami puasa” (HR Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud).

5. “Diriwayatkan dari Sa’id Al-Khudry ra. ia berkata: Pada suatu hari kami pergi berperang beserta Rasulullah saw. pada bulan Ramadhan. Di antara kami ada yang puasa dan di antara kami ada yang berbuka. Yang puasa tidak mencela yang berbuka dan yang berbuka tidak mencela yang puasa. Mereka berpendapat bahwa siapa yang mendapati dirinya ada kekuatan lalu puasa, hal itu adalah baik dan barangsiapa yang mendapati dirinya lemah lalu berbuka, maka hal ini juga baik” (HR. Ahmad dan Muslim)

6. “Dari Jabir bin Abdullah : Bahwa sesungguhnya Rasulullah saw. pergi menuju ke Makkah pada waktu fathu Makkah, beliau puasa sampai ke Kurraa’il Ghamiim dan semua manusia yang menyertai beliau juga puasa. Lalu dilaporkan kepada beliau bahwa manusia yang menyertai beliau merasa berat, tetapi mereka tetap puasa karena mereka melihat apa yang tuan amalkan (puasa). Maka beliau meminta segelas air lalu diminumnya. Sedang manusia melihat beliau, lalu sebagian berbuka dan sebagian lainnya tetap puasa. Kemudian sampai ke telinga beliau bahwa masih ada yang nekad untuk puasa. Maka beliaupun bersabda: mereka itu adalah durhaka” (HR. Tirmidzy).

7. “Ucapan Ibnu Abbas: wanita yang hamil dan wanita yang menyusui apabila khawatir atas kesehatan anak-anak mereka, maka boleh tidak puasa dan cukup membayar fidyah memberi makan orang miskin ” (HR. Abu Dawud).

8. “Diriwayatkan dari Nafi’ dari Ibnu Umar: Bahwa sesungguhnya istrinya bertanya kepadanya ( tentang puasa Ramadhan ), sedang ia dalam keadaan hamil. Maka ia menjawab: Berbukalah dan berilah makan sehari seorang miskin dan tidak usah mengqadha puasa” (Riwayat Baihaqi).

9. “Diriwayatkan dari Sa’id bin Abi ‘Urwah dari Ibnu Abbas beliau berkata: Apabila seorang wanita hamil khawatir akan kesehatan dirinya dan wanita yang menyusui khawatir akan kesehatan anaknya jika puasa Ramadhan. Beliau berkata: Keduanya boleh berbuka (tidak puasa) dan harus memberi makan sehari seorang miskin dan tidak perlu mengqadha puasa” (HR.Ath-Thabari dengan sanad shahih di atas syarat Muslim, kitab Al-Irwa, jilid IV hlm. 19).

Orang mu’min yang diberi kelonggaran diperbolehkan untuk tidak puasa Ramadhan, tetapi wajib mengqadha pada bulan lain, ialah:
1. Orang sakit yang masih ada harapan sembuh.
2. Orang yang bepergian (musafir). Musafir yang merasa kuat boleh meneruskan puasa dalam safarnya, tetapi yang merasa lemah dan berat lebih baik berbuka, dan makruh memaksakan diri untuk puasa.
3. Orang mu’min yang diberi kelonggaran diperbolehkan untuk tidak mengerjakan puasa dan tidak wajib mengqadha, tetapi wajib fidyah (memberi makan sehari seorang miskin). Mereka adalah orang yang tidak lagi mampu mengerjakan puasa karena:
4. Umurnya sangat tua dan lemah.
5. Wanita yang menyusui dan khawatir akan kesehatan anaknya.
6. Karena mengandung dan khawatir akan kesehatan dirinya.
7. Sakit menahun yang tidak ada harapan sembuh.
8. Orang yang sehari-hari kerjanya berat yang tidak mungkin mampu dikerjakan sambil puasa, dan tidak mendapat pekerjaan lain yang ringan (dalil 2,7,8 dan 9).

VII. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA
1. “Dan makan dan minumlah hingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam (fajar), lalu sempurnakanlah puasa itu sampai malam” (Al-Baqarah:187).
2. “Barangsiapa yang terlupa, sedang dia dalam keadaan puasa, kemudian ia makan atau minum, maka hendaklah ia sempurnakan puasanya. Hal itu karena sesungguhnya Allah hendak memberinya karunia makan dan minum ” (Hadits Shahih, riwayat Al-Jama’ah kecuali An-Nasai).
3. “Barangsiapa yang muntah dengan tidak sengaja, padahal ia sedang puasa, maka tidak wajib qadha (puasanya tetap sah), sedang barangsiapa yang berusaha sehinggga muntah dengan sengaja, maka hendaklah ia mengqadha (puasanya batal) (HR. Abu Daud dan At-Tirmidziy).
4. “Diriwayatkan dari Aisyah ra ia berkata: saat kami berhaidh (datang bulan) pada masa Rasulullah saw. kami dilarang puasa dan diperintah untuk mengqadhanya dan kami tidak diperintah untuk mengqadha shalat” (HR. Al-Bukhary dan Muslim).
5. “Diriwayatkan dari Hafshah, ia berkata : Telah bersabda Nabi saw. Barangsiapa yang tidak berniat untuk puasa (Ramadhan) sejak malam, maka tidak ada puasa baginya” (HR. Abu Daud).

6. “Sesungguhnya semua amal itu harus dengan niat” (HR. Al-Bukhary dan Muslim).
7. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. ia berkata : Sesungguhnya seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah saw: Ya Rasulullah saya terlanjur menyetubuhi istri saya (pada siang hari) padahal saya dalam keadaan puasa (Ramadhan ), maka Rasulullah Saw bersabda: Punyakah kamu seorang budak untuk dimerdekakan? Ia menjawab: Tidak. Rasulullah Saw bersabda: Mampukah kamu puasa dua bulan berturut-turut? Lelaki itu menjawab: Tidak. Beliau bersabda lagi: Punyakah kamu persediaan makanan untuk memberi makan enam puluh orang miskin? Lelaki itu menjawab: Tidak. Lalu beliau diam, maka ketika kami dalam keadaan semacam itu, Rasulullah datang dengan membawa satu keranjang kurma, lalu bertanya: di mana orang yang bertanya tadi? Ambilah kurma ini dan shadaqahkan dia. Maka orang tersebut bertanya: Apakah kepada orang yang lebih miskin dari padaku ya Rasulullah? Demi Allah tidak ada di antara sudut-sudutnya (Madinah ) keluarga yang lebih miskin daripada keluargaku. Maka Nabi saw. lalu tertawa sampai terlihat gigi serinya kemudian bersabda: Ambillah untuk memberi makan keluargamu (HR. Al-Bukhary dan Muslim).

Hal-hal yang dapat membatalkan puasa (Ramadhan) ialah:
1. Sengaja makan dan minum pada siang hari. Bila terlupa makan dan minum pada siang hari, maka tidak membatalkan puasa (dalil 2).
2. Sengaja membikin muntah, bila muntah dengan tidak disengajakan, maka tidak membatalkan puasa (dalil 3).
3. Pada siang hari terdetik niat untuk berbuka (dalil 5 dan 6).
4. Dengan sengaja menyetubuhi istri pada siang hari Ramadhan, ini di samping puasanya batal ia terkena sanksi berupa memerdekakan seorang hamba, bila tidak mampu maka puasa dua bulan berturut-turut, dan bila tidak mampu, maka memberi makan enam puluh orang miskin (dalil 7).
5. Datang bulan pada siang hari Ramadhan (sebelum waktu masuk Maghrib) (dalil 4).

VIII. HAL-HAL YANG BOLEH DIKERJAKAN WAKTU PUASA
1. Diriwayatkan dari Aisyah ra Bahwa sesungguhnya Nabi saw. dalam keadaan junub sampai waktu Shubuh sedang beliau sedang dalam keadaan puasa, kemudian mandi (HR. Al-Bukhary dan Muslim).
2. Diriwayatkan dari Abi Bakar bin Abdurrahman, dari sebagian sahabat-sahabat Nabi saw. ia berkata kepadanya: Dan sungguh telah saya lihat Rasulullah saw. menyiram air di atas kepala beliau padahal beliau dalam keadaan puasa karena haus dan karena udara panas (HR. Ahmad, Malik dan Abu Daud).
3. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. Bahwa sesungguhnya Nabi saw berbekam sedang beliau dalam keadaan puasa (HR. Al-Bukhary).
4. Diriwayatkan dari Aisyah ra Adalah Rasulullah saw mencium (istrinya) sedang beliau dalam keadaan puasa dan menggauli dan bercumbu rayu dengan istrinya (tidak sampai bersetubuh) sedang beliau dalam keadaan puasa, akan tetapi beliau adalah orang yang paling kuat menahan birahinya (HR. Al-Jama’ah kecuali Nasa’i).

5. Diriwayatkan dari Abdullah bin Furuuj: Bahwa sesungguhnya ada seorang wanita bertanya kepada Ummu Salamah ra. Wanita itu berkata: Sesungguhnya suami saya mencium saya sedang dia dan saya dalam keadaan puasa, bagaimana pendapatmu? Maka ia menjawab: Adalah Rasulullah r pernah mencium saya sedang beliau dan saya dalam keadaan puasa (HR. Aththahawi dan Ahmad dengan sanad yang baik dengan mengikut syarat Muslim).
6. Diriwayatkan dari Luqaidh bin Shabrah : Sesungguhnya Nabi saw bersabda: Apabila kamu ber-istinsyaaq (menghisap air ke hidung) keraskan kecuali kamu dalam keadaan puasa. (HR. Ashhabus Sunan).
7. Perkataan ibnu Abbas : Tidak mengapa orang yang puasa mencicipi cuka dan sesuatu yang akan dibelinya (Ahmad dan Al-Bukhary).

Hal-hal di bawah ini bila diamalkan tidak membatalkan puasa:
1. Menyiram air ke atas kepala pada siang hari karena haus ataupun udara panas, demikian pula menyelam kedalam air pada siang hari.
2. Menta’khirkan mandi junub setelah adzan Shubuh (dalil 1).
3. Berbekam pada siang hari (dalil 3).
4. Mencium, menggauli, mencumbu istri tetapi tidak sampai bersetubuh di siang hari (dalil 4 dan 5).
5. Beristinsyak (menghirup air kedalam hidung) terutama bila akan berwudhu, asal tidak dikuatkan menghirupnya (dalil 6).
6. Disuntik pada siang hari.
7. Mencicipi makanan asal tidak ditelan (dalil 7).

IX. ADAB-ADAB PUASA RAMADHAN.
1. Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab ra. telah bersabda Rasulullah saw: Apabila malam sudah tiba dari arah sini dan siang telah pergi dari arah sini, sedang matahari sudah terbenam, maka orang yang puasa boleh berbuka (HR. Al-Bukhary dan Muslim).
2. Diriwayatkan dari Sahal bin Sa’ad: Sesungguhnya Nabi saw telah bersabda: Manusia (umat Islam ) masih dalam keadaan baik selama mentakjilkan (menyegerakan) berbuka (HR. Al-Bukhary dan Muslim).

3. Diriwayatakan dari Anas ra., ia berkata : Rasulullah saw berbuka dengan makan beberapa ruthaab (kurma basah ) sebelum shalat, kalau tidak ada maka dengan kurma kering, kalau tidak ada maka dengan meneguk air beberapa teguk (HR. Abu Daud dan Al-Hakiem).
4. Diriwayatkan dari Salman bin Amir, bahwa sesungguhnya Nabi saw. telah bersabda: Apabila salah seorang di antara kamu puasa hendaklah berbuka dengan kurma, bila tidak ada kurma hendaklah dengan air, sesungguhnya air itu bersih (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi).

5. Diriwayatkan dari Ibnu Umar, Adalah Nabi Saw selesai berbuka Beliau berdo’a (artinya) telah pergi rasa haus dan menjadi basah semua urat-urat dan pahala tetap ada Insya Allah (HR. Ad-Daaruquthni dan Abu Daud hadits hasan).
6. Diriwayatkan dari Anas, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah saw: Apabila makan malam telah disediakan, maka mulailah makan sebelum shalat Maghrib, janganlah mendahulukan shalat daripada makan malam itu (yang sudah terhidang) (HR. Al-Bukhary dan Muslim).
7. Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra: Sesungguhnya Rasulullah saw. telah bersabda: Makan sahurlah kalian karena sesungguhnya makan sahur itu berkah (HR. Al-Bukhary).
8. Diriwayatkan dari Al-Miqdam bin Ma’di Yaqrib, dari Nabi saw. bersabda: Hendaklah kamu semua makan sahur, karena sahur adalah makanan yang penuh berkah (HR. An-Nasa’i).
9. Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit ia berkata: Kami bersahur bersama Rasulullah saw. lalu kami bangkit untuk menunaikan shalat (Shubuh ). Saya berkata: Berapa saat jarak antara keduanya (antara waktu sahur dan waktu Shubuh)? Ia berkata: Selama orang membaca limapuluh ayat (HR. Al-Bukhary dan Muslim).

10. Diriwayatkan dari Amru bin Maimun, ia berkata: Adalah para sahabat Muhammad Saw adalah orang yang paling menyegerakan berbuka dan melambatkan makan sahur (HR. Al-Baihaqi).
11. Telah bersabda Rasulullah saw: Apabila salah seorang diantara kamu mendengar adzan dan piring masih di tangannya janganlah diletakkan hendaklah ia menyelesaikan hajatnya (makan/minum sahur) daripadanya. (HR. Ahmad dan Abu Daud dan Al-Hakiem).

12. Diriwayatkan dari Abu Usamah ra. ia berkata: Shalat telah di’iqamahkan, sedang segelas minuman masih di tangan Umar ra., ia bertanya: Apakah ini boleh saya minum wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Ya, lalu ia meminumnya (HR Ibnu Jarir).
13. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. ia berkata:Adalah Rasulullah saw. orang yang paling dermawan dan beliau lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan ketika Jibril menemuinya, dan Jibril menemuinya pada setiap malam pada bulan Ramadhan untuk mentadaruskan beliau Al-qur’an dan benar-benar Rasulullah saw lebih dermawan tentang kebajikan (cepat berbuat kebaikan) daripada angin yang dikirim (HR Al-Bukhary).

14. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata :Adalah Rasulullah saw. menggalakkan qiyamullail (shalat malam ) di bulan Ramadhan tanpa memerintahkan secara wajib, maka beliau bersabda: Barangsiapa yang shalat malam pada bulan Ramadhan karena beriman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka diampuni baginya dosanya yang telah lalu (HR. Jama’ah).
15. Diriwayatkan dari Aisyah ra. Sesungguhnya Nabi saw. apabila memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan) beliau benar-benar menghidupkan malam (untuk beribadah) dan membangunkan istrinya (agar beribadah) dengan mengencangkan ikatan sarungnya (tidak mengumpuli istrinya). (HR. Al-Bukhary dan Muslim).

16. Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata: Adalah Nabi saw. bersungguh-sungguh shalat malam pada sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan) tidak seperti kesungguhannya dalam bulan selainnya (HR. Muslim).
17. Diriwayatkan dari Abu salamah din Abdur Rahman, sesungguhnya ia telah bertanya kepada Aisyah ra: Bagaimana shalat malamnya Rasulullah saw di bulan Ramadhan? Maka ia menjawab: Rasulullah saw tidak pernah shalat malam lebih dari sebelas raka’at baik bulan Ramadhan maupun bulan lainnya, caranya: beliau shalat empat raka’at, jangan tanya baik dan panjangnya, lalu shalat lagi empat raka’at, jangan ditanya baik dan panjangnya, lalu shalat tiga raka’at (HR. Al-Bukhary, Muslim, dan lainnya).

18. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata: Adalah Rasulullah Saw jika bangun shalat malam, beliau membuka dengan shalat dua raka’at yang ringan, lalu shalat delapan raka’at, lalu shalat witir. (HR. Muslim).
19. Diriwayatkan dari Ibnu Umar ia berkata: Ada seorang laki-laki berdiri lalu ia berkata: Wahai Rasulullah bagaimana cara shalat malam? Maka Rasulullah menjawab: Shalat malam itu dua raka’at-dua raka’at. Apabila kamu khawatir masuk shalat Shubuh, maka berwitirlah satu raka’at (HR. Jama’ah).

20. Dari Aisyah ra. ia berkata: Sesungguhnya Nabi saw shalat di masjid, lalu para sahabat shalat sesuai dengan shalat beliau (bermakmum di belakang), lalu beliau shalat pada malam kedua dan para sahabat bermakmum di belakangnya bertambah banyak, kemudian pada malam yang ketiga atau yang keempat mereka berkumpul, maka Rasulullah saw tidak keluar mengimami mereka. Setelah pagi hari beliau bersabda: Saya telah tahu apa yang kalian perbuat, tidak ada yang menghalangi aku untuk keluar kepada kalian (untuk mengimami shalat) melainkan aku khawatir shalat malam ini difardhukan atas kalian. Ini terjadi pada bulan Ramadhan. (HR. Al-Bukhary dan Muslim).

21. Dari Ubay bin Ka’ab ia berkata: Adalah Rasulullah saw. shalat witir dengan membaca: Sabihisma Rabbikal A’la dan Qul ya ayyuhal kafirun dan Qulhu wallahu ahad. (HR. Ahmad, Abu Daud, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah).
22. Diriwayatkan dari Hasan bin Ali ia berkata: Rasulullah Saw telah mengajarkan kepadaku beberapa kata yang aku baca dalam Qunut Witir (artinya) “Ya Allah berilah aku petunjuk beserta orang-orang yang telah engkau beri petunjuk, berilah aku kesehatan yang sempurna beserta orang yang telah engkau beri kesehatan yang sempurna, pimpinlah aku beserta orang yang telah Engkau pimpin, Berkatilah untukku apa yang telah Engkau berikan, peliharalah aku dari apa yang telah Engkau tentukan. Maka sesungguhnya Engkaulah yang memutuskan dan tiada yang dapat memutuskan atas Engkau, bahwa tidak akan hina siapa saja yang telah Engkau pimpin dan tidak akan mulia siapa saja yang Engkau musuhi. Maha agung Engkau wahai Rabb kami dan Maha Tinggi Engkau. (HR. Ahmad, Abu Daud, An-Nasa’i, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

23. Dari Abu Hurairah ra. bahwa Nabi saw. bersabda: Barangsiapa yang shalat malam menepati Lailatul Qadar, maka diampuni dosanya yang telah lalu (HR. Jama’ah).
24. Diriwayatkan dari Aisyah ra. Sesungguhnya Rasulullah saw. telah bersabda: berusahalah untuk mencari Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir. (HR. Muslim).
25. Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Dinampakkan dalam mimpi seorang laki-laki bahwa Lailatul Qadar pada malam ke-27, maka Rasulullah saw. bersabda: Saya pun bermimpi seperti mimpimu (ditampakkan pada sepuluh malam terakhir, maka carilah ia (Lailatul Qadar) pada malam-malam ganjil (HR. Muslim).

26. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata : Saya berkata kepada Rasulullah saw. Ya Rasulullah, bagaimana pendapat Tuan bila saya mengetahui Lailatul Qadar,apa yang saya harus baca pada malam itu? Beliau bersabda : Bacalah (artinya) “Yaa Allah sesungguhnya Engkau maha pemberi ampun, Engkau suka kepada keampunan maka ampunilah daku” (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad ).
27. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata, Adalah Rasulullah Saw mengamalkan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan sampai beliau diwafatkan oleh Allah Azza wa Jalla (HR. Al-Bukhary dan Muslim).

28. Diriwayatkan dari Aisyah ra, ia berkata, Adalah Rasulullah Saw jika hendak beri’tikaf, beliau shalat shubuh kemudian memasuki tempat i’tikafnya… (HR. Jama’ah kecuali At-Tirmidzi).
29. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata: Adalah Rasulullah Saw jika beri’tikaf, beliau mendekatkan kepalanya kepadaku, maka aku menyisirnya, dan adalah beliau tidak masuk ke rumah kecuali karena untuk memenuhi hajat manusia (buang air, mandi, dll…) (HR. Al-Bukhary dan Muslim).

30. “Janganlah kalian mencampuri mereka (istri-istri kalian) sedang kalian dalam keadaan i’tikaf dalam masjid. Itulah batas-batas ketentuan Allah, maka jangan didekati” (Al-Baqarah:187).
31. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. ia berkata, telah bersabda Rasulullah Saw, setiap amal anak bani Adam adalah untuknya kecuali puasa, ia adalah untukku dan aku yang memberikan pahala dengannya. Dan sesungguhnya puasa itu adalah benteng pertahanan, pada hari ketika kamu puasa janganlah berbuat keji, jangan berteriak-teriak (pertengkaran), apabila seorang memakinya sedang ia puasa maka hendaklah ia katakan: “Sesungguhnya saya sedang puasa”. Demi jiwa Muhammad yang ada di tangan-Nya, sungguh bau busuknya mulut orang yang sedang puasa itu lebih wangi di sisi Allah pada hari kiamat daripada kasturi. Dan bagi orang yang puasa ada dua kegembiraan, jika ia berbuka ia gembira dengan bukanya dan bila ia berjumpa dengan Rabbnya ia gembira karena puasanya (HR. Al-Bukhary dan Muslim).

32. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata, sesungguhnya Nabi Saw telah bersabda, barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan bohong dan amalan kebohongan, maka tidak ada bagi Allah hajat (untuk menerima) dalam hal ia meninggalkan makan dan minumnya (HR. Jama’ah Kecuali Muslim). Maksudnya, Allah tidak merasa perlu memberi pahala puasanya.
33. Bahwa sesungguhnya Nabi saw. bersabda kepada seorang wanita Anshar yang sering di panggil Ummu Sinan: Apa yang menghalangimu untuk melakukan haji bersama kami? Ia menjawab: Keledai yang ada pada kami yang satu dipakai oleh ayahnya si fulan (suaminya ) untuk berhaji bersama anaknya sedang yang lain di pakai untuk memberi minum anak-anak kami. Nabi pun bersabda lagi: Umrah di bulan Ramadhan sama dengan mengerjakan haji atau haji bersamaku (HR. Muslim).

34. “Apabila datang bulan Ramadhan kerjakanlah umrah karena umrah di dalamnya (bulan Ramadhan) setingkat dengan haji (HR. Muslim).

Ayat dan hadits-hadits di atas memberi pelajaran kepada kita bahwa dalam mengamalkan puasa Ramadhan kita perlu melaksanakan adab-adab sebagai berikut:
1. Berbuka apabila sudah masuk waktu Maghrib (dalil 6). Sunnah berbuka adalah disegerakan, yakni sebelum melaksanakan shalat Maghrib dengan makanan yang ringan seperti kurma, air saja, setelah itu baru melaksanakan shalat (dalil 2, 3, dan 4). Tetapi apabila makan malam sudah dihidangkan, maka terus dimakan, jangan shalat dahulu (dalil 6).
2. Makan sahur (dalil 7 dan 8). Adab-adab sahur: dilambatkan sampai akhir malam mendekati Shubuh (dalil 9 dan 10) dan jika pada tengah makan atau minum sahur lalu mendengar adzan Shubuh, maka sahur boleh diteruskan sampai selesai, tidak perlu dihentikan di tengah sahur karena sudah masuk waktu Shubuh. (dalil 11 dan 12). Imsak tidak ada sunnahnya dan tidak pernah diamalkan pada zaman sahabat maupun tabi’in.
3. Lebih bersifat dermawan (banyak memberi, banyak bershadaqah, banyak menolong) dan banyak membaca al-Qur’an (dalil 13).
4. Menegakkan shalat malam/shalat tarawih dengan berjama’ah dan lebih digiatkan pada sepuluh malam terakhir (dalil 14, 15, dan 16). Cara shalat tarawih adalah dengan berjama’ah (dalil 19), tidak lebih dari 11 (sebelas) raka’at, yakni salam tiap dua raka’at dikerjakan empat kali, atau salam tiap empat raka’at dikerjakan dua kali dan ditutup dengan witir tiga raka’at (dalil 17), dibuka dengan dua raka’at yang ringan (dalil 18).
5. Berusaha menepati Lailatul Qadar pada 10 malam terakhir, terutama pada malam-malam ganjil. Bila dirasakan menepati Lailatul Qadar hendaklah lebih giat beribadah dan membaca : “Yaa Allah Engkaulah pengampun, suka kepada keampunan maka ampunilah aku” (dalil 25 dan 26).

6. Mengerjakan i’tikaf pada sepuluh malam terakhir (dalil 27). Cara i’tikaf: setelah Shalat Shubuh lalu masuk ke tempat i’tikaf di masjid (dalil 28), tidak keluar dari tempat i’tikaf kecuali ada keperluan yang mendesak (dalil 29), dan tidak mencampuri istri selama i’tikaf (dalil 30).
7. Mengerjakan umrah (dalil 33 dan 34).
8. Menjauhi perkataan dan perbuatan keji dan menjauhi pertengkaran (dalil 31 dan 32). Wallahu a’lam bish-shawab. (Sumber: Ustadz Abu Rasyid, sabah.org.my).*

Maroji’1. Al-Qur’anul Kariem, 2. Tafsir Aththabariy. 3. Tafsir Ibnu Katsier. 4. Irwaa-Ul Ghaliel, Nashiruddin Al-Albani. 5. Fiqh Sunnah, Sayyid Sabiq. 6. Tamaamul Minnah, Nashiruddin Al-Albani.*
-6.914744 107.609811

Filed under: Kaifiyah_Tips Tagged: | Amaliaah Ramadhan

Jumat, 15 Juli 2011

99 cara yang dapat menyuburkan iman ^_^

01. Bersyukur apabila mendapat nikmat

02. Sabar apabila mendapat kesulitan

03. Tawakal apabila mempunyai rencana/program

04. Ikhlas dalam segala amal perbuatan

05. Jangan membiarkan hati larut dalam kesedihan

06. Jangan menyesal atas sesuatu kegagalan

07. Jangan putus asa dalam menghadapi kesulitan

08. Jangan usil dengan kekayaan orang

09. Jangan hasad dan iri atas kesuksessan orang

10. Jangan sombong kalau memperoleh kesuksessan

11. Jangan tamak kepada harta

12. Jangan terlalu ambitious akan sesuatu kedudukan

13. Jangan hancur karena kezaliman

14. Jangan goyah karena fitnah

15. Jangan berkeinginan terlalu tinggi yang melebihi kemampuan diri.

16. Jangan campuri harta dengan harta yang haram

17. Jangan sakiti ayah dan ibu

18. Jangan usir orang yang meminta-minta

19. Jangan sakiti anak yatim

20. Jauhkan diri dari dosa-dosa yang besar

21. Jangan membiasakan diri melakukan dosa-dosa kecil

22. Banyak berkunjung ke rumah Allah (masjid)

23. Lakukan shalat dengan ikhlas dan khusyu

24. Lakukan shalat fardhu di awal waktu, berjamaah di masjid

25. Biasakan shalat malam

26. Perbanyak dzikir dan do'a kepada Allah

27. Lakukan puasa wajib dan puasa sunat

28. Sayangi dan santuni fakir miskin

29. Jangan ada rasa takut kecuali hanya kepada Allah

30. Jangan marah berlebih-lebihan

31. Cintailah seseorang dengan tidak berlebih-lebihan

32. Bersatulah karena Allah dan berpisahlah karena Allah

33. Berlatihlah konsentrasi pikiran

34. Penuhi janji apabila telah diikrarkan dan mintalah maaf apabila karena sesuatu sebab tidak dapat dipenuhi

35. Jangan mempunyai musuh, kecuali dengan iblis/syaitan

36. Jangan percaya ramalan manusia

37. Jangan terlampau takut miskin

38. Hormatilah setiap orang; 39. Jangan terlampau takut kepada manusia

40. Jangan sombong, takabur dan besar kepala

41. Berlakulah adil dalam segala urusan

42. Biasakan istighfar dan taubat kepada Allah

44. Hiasi rumah dengan bacaan Al-Quran

45. Perbanyak silaturrahim

46. Tutup aurat sesuai dengan petunjuk Islam

47. Bicaralah secukupnya

48. Beristeri/bersuami kalau sudah siap segala-galanya

49. Hargai waktu, disiplin waktu dan manfaatkan waktu

50. Biasakan hidup bersih, tertib dan teratur

51. Jauhkan diri dari penyakit-penyakit bathin

52. Sediakan waktu untuk santai dengan keluarga

53. Makanlah secukupnya tidak kekurangan dan tidak berlebihan

54. Hormatilah kepada guru dan ulama

55. Sering-sering bershalawat kepada nab

56. Cintai keluarga Nabi saw

57. Jangan terlalu banyak hutang

58. Jangan terlampau mudah berjanji

59. Selalu ingat akan saat kematian dan sedar bahwa kehidupan dunia adalah kehidupan sementara

60. Jauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat seperti mengobrol yang tidak berguna

61. Bergaul lah dengan orang-orang soleh

62. Sering bangun di penghujung malam, berdoa dan beristighfar

63. Lakukan ibadah haji dan umrah apabila sudah mampu

64. Maafkan orang lain yang berbuat salah kepada kita

65. Jangan dendam dan jangan ada keinginan membalas kejahatan dengan kejahatan lagi

66. Jangan membenci seseorang karena pahaman dan pendiriannya

67. Jangan benci kepada orang yang membenci kita

68. Berlatih untuk berterus terang dalam menentukan sesuatu pilihan

69. Ringankan beban orang lain dan tolonglah mereka yang mendapatkan kesulitan.

70. Jangan melukai hati orang lain; 71. Jangan membiasakan berkata dusta

72. Berlakulah adil, walaupun kita sendiri akan mendapatkan kerugian

73. Jagalah amanah dengan penuh tanggung jawab

74. Laksanakan segala tugas dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan

75. Hormati orang lain yang lebih tua dari kita

76. Jangan membuka aib orang lain

77. Lihatlah orang yang lebih miskin daripada kita, lihat pula orang yang lebih berprestasi dari kita

78. Ambilah pelajaran dari pengalaman orang-orang arif dan bijaksana

79. Sediakan waktu untuk merenung apa-apa yang sudah dilakukan

80. Jangan sedih karena miskin dan jangan sombong karena kaya

81. Jadilah manusia yang selalu bermanfaat untuk agama,bangsa dan negara

82. Kenali kekurangan diri dan kenali pula kelebihan orang lain

83. Jangan membuat orang lain menderita dan sengsara

84. Berkatalah yang baik-baik atau tidak berkata apa-apa

85. Hargai prestasi dan pemberian orang

86. Jangan habiskan waktu untuk sekedar hiburan dan kesenangan

87. Akrablah dengan setiap orang, walaupun yang bersangkutan tidak menyenangkan.

88. Sediakan waktu untuk berolahraga yang sesuai dengan norma-norma agama dan kondisi diri kita

89. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan fisikal atau mental kita menjadi terganggu

90. Ikutilah nasihat orang-orang yang arif dan bijaksana

91. Pandai-pandailah untuk melupakan kesalahan orang dan pandai-pandailah untuk melupakan jasa kita

92. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan orang lain terganggu dan jangan berkata sesuatu yang dapat menyebabkan orang lain terhina

93. Jangan cepat percaya kepada berita jelek yang menyangkut teman kita sebelum dipastikan kebenarannya

94. Jangan menunda-nunda pelaksanaan tugas dan kewajiban

95. Sambutlah huluran tangan setiap orang dengan penuh keakraban dan keramahan dan tidak berlebihan

96. Jangan memforsir diri untuk melakukan sesuatu yang diluar kemampuan diri

97. Waspadalah akan setiap ujian, cobaan, godaan dan tentangan. Jangan lari dari kenyataan kehidupan

98. Yakinlah bahwa setiap kebajikan akan melahirkan kebaikan dan setiap kejahatan akan melahirkan merusakan

99. Jangan sukses di atas penderitaan orang dan jangan kaya dengan memiskinkan orang =====



"Sebarkanlah walau satu ayat pun" (Sabda Rasulullah SAW) "Nescaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar." (Surah Al-Ahzab:71)

Kamis, 14 Juli 2011

Adab bergaul dengan lawan jenis bukan yang makhrom

Dilahirkan sebagai seorang wanita adalah anugerah yang sangat indah dari Allah Ta’ala. Sebuah anugerah yang tidak dimiliki oleh seorang pria.Terlebih anugerah itu bertambah menjadi muslimah yang mukminah yaitu wanita muslimah yang beriman kepada Allah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim)
Menjadi wanita muslimah yang beriman kepada Allah tentu tidak mudah,karena banyak sekali godaan-godan dalam mencapainya. Dikarenakan  balasan yang Allah janjikan pun tidak terbandingkan dan semua wanita pun menginginkannya. Godaan-godaan untuk menjadi wanita shalihah sering kali datang dan menggebu-gebu saat kita menginjak usia remaja,di mana masa puberitas seorang wanita ada di masa ini. Bukan hal yang mudah pula bagi remaja muslim dalam melewati masa ini, namun sungguh sangat indah bagi para remaja yang bisa dikatakan lulus dalam melewati masa pubertas yang penuh godaan ini.
Salah satu godaan yang amat besar pada usia remaja adalah “rasa ketertarikan terhadap lawan jenis”. Memang, rasa tertarik terhadap lawan jenis adalah fitrah manusia, baik wanita atau lelaki. Namun kalau kita tidak bisa memenej perasaan tersebut,maka akan menjadi mala petaka yang amat besar,baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang yang kita sukai. Sudah Allah tunjukkan dalam sebuah hadist Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الاِسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim)
Sebagai wanita muslimah kita harus yakin bahwa kehormatan kita harus dijaga dan dirawat, terlebih ketika berkomunikasi atau bergaul dengan lawan jenis agar tidak ada mudhorot (bahaya) atau bahkan fitnah. Di bawah ini akan kami ungkapkan adab-adab bergaul  dengan lawan jenis. Di antaranya:
Pertama: Dilarang untuk berkholwat (berdua-duan)
TTM, teman tapi mesra, kemana-mana bareng, ke kantin bareng, berangkat sekolah bareng, pulang sekolah bareng. Hal ini merupakan gambaran remaja umumnya saat ini,di mana batas-batas pergaulan di sekolah umum sudah sangat tidak wajar dan melanggar prinsip Islam. Namun tidak mengapa kita sekolah di sekolah umum jika tetap bisa menjaga adb-adab bergaul dengan lawan jenis. Jika ada seorang laki-laki berduaan dengan seorang perempuan maka yang ketiga sebagai pendampingnya adalah setan.
Dari ‘Umar bin Al Khottob, ia berkhutbah di hadapan manusia di Jabiyah (suatu perkampungan di Damaskus), lalu ia membawakan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لاَ يَخْلُوَنَّ أَحَدُكُمْ بِامْرَأَةٍ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ ثَالِثُهُمَا
Janganlah salah seorang diantara kalian berduaan dengan seorang wanita (yang bukan mahramnya) karena setan adalah orang ketiganya, maka barangsiap yang bangga dengan kebaikannya dan sedih dengan keburukannya maka dia adalah seorang yang mukmin." (HR. Ahmad, sanad hadits ini shahih)
Daripada setan yang menemani kita lebih baik malaikat bukan? Ngaji,membaca Al Quran dan memahami artinya serta menuntut ilmu agama InsyaAllah malaikatlah yang akan mendampingi kita.Tentu sebagai wanita yang cerdas, kita akan lebih memilih untuk didampingi oleh malaikat.
Kedua: Menundukkan pandangan
Pandangan laki-laki terhadap perempuan atau sebaliknya adalah termasuk panah-panah setan. Kalau cuma sekilas saja atau spontanitas atau tidak sengaja maka tidak menjadi masalah pandangan mata tersebut, pandangan pertama yang tidak sengaja diperbolehkan namun selanjutnya adalah haram.Ketika melihat lawan jenis,maka cepatlah kita tundukkan pandangan itu, sebelum iblis memasuki atau mempengaruhi pikiran dan hati kita. Segera  mohon pertolongan kepada Allah agar kita tidak mengulangi pandangan itu.
Dari Jarir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ نَظَرِ الْفُجَاءَةِ فَأَمَرَنِى أَنْ أَصْرِفَ بَصَرِى.
"Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengenai pandangan yang tidak di sengaja. Maka beliau memerintahkanku supaya memalingkan pandanganku." (HR. Muslim)
Ketiga: Jaga aurat terhadap lawan jenis
Jagalah aurat kita dari pandangan laki-laki yang bukan mahramnya. Maksudnya mahram di sini adalah laki-laki yang haram untuk menikahi kita. Yang tidak termasuk mahram seperti teman sekolah, teman bermain, teman pena bahkan teman dekat pun kalau dia bukan mahram kita, maka kita wajib menutup aurat kita dengan sempurna. Maksud sempurna di sini yaitu kita menggunakan jilbab yang menjulur ke seluruh  tubuh kita dan menutupi dada. Kain yang dimaksud pun adalah kain yang disyariatkan, misal kainnya tidak boleh tipis, tidak boleh sempit, dan tidak membentuk lekuk tubuh kita. Adapun yang bukan termasuk aurat dari seorang wanita adalah kedua telapak tangan dan muka atau wajah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ
"Wanita itu adalah aurat. Jika dia keluar maka setan akan memperindahnya di mata laki-laki." (HR. Tirmidzi, shahih)
Keempat: Tidak boleh ikhtilat (campur baur antara wanita dan pria)
Ikhtilat itu adalah campur baurnya seorang wanita dengan laki-laki di satu tempat tanpa ada hijab. Di mana ketika tidak ada hijab atau kain pembatas masing-masing wanita atau lelaki tersebut bisa melihat lawan jenis dengan sangat mudah dan sesuka hatinya. Tentu kita sebagai wanita muslimah tidak mau dijadikan obyek pandangan oleh banyak laki-laki bukan? Oleh karena itu kita harus menundukkan pandangan,demikian pun yang laki-laki mempunyai kewajiban yang sama untuk menundukkan pandangannya terhadap wanita yang bukan mahramnya, karena ini adalah perintah Allah dalam Al Qur’an dan akan menjadi berdosa bila kita tidak mentaatinya.
Kelima: Menjaga kemaluan
Menjaga kemaluan juga bukan hal yang mudah,karena dewasa ini banyak sekali remaja yamng terjebak ke dalam pergaulan dan seks bebas. Sebagai muslim kita wajib tahu bagaimana caranya menjaga kemaluan. Caranya antara lain dengan tidak melihat gambar-gambar yang senonoh atau membangkitkan nafsu syahwat, tidak terlalu sering membaca atau menonton kisah-kisah percintaan, tidak terlalu sering berbicara atau berkomunikasi dengan lawan jenis, baik bicara langsung (tatap muka) ataupun melalui telepon, SMS, chatting, YM dan media komunikasi lainnya.
Sudah selayaknya sebagai seorang muslim-muslimah baik remaja atau dewasa, kita mempunyai niat yang sungguh-sungguh untuk mematuhi adab-adab bergaul dengan lawan jenis tersebut. Semoga Allah memudahkan usaha kita. Amin.

Penulis: Ummu Zainab (Santri Ma’had Umar)
Semoga menjadi muhasabah khususnya buat ana, saudara dan ikwah muslim.

MARHABAN YA ROMADHAN ^_^

Bismillahirohmanirohim,,,,
Aslmu'alaikum wr wb

Subhanallah,,, wal hamdulillah,,, sebentar lagi ramadhan yang penuh berkah dan ampunan akan datang,Semoga Allah menyampaikan usia kita pada romadhan. Amin....... Ngomong-ngomong tentang persiapan nie, seberapa banyak persiapan atum semua menyambut romadhan ???? Jangan-jangan belum tahu nie apa yang musti dipersiapkan...... Ibarat lomba kalau tidak ada persiapan kan hasilnya tidak memuaskan.Begitu juga ibadah Romadhan....bagaimana mungkin kita bisa memperoleh keutamaaan romadhan jika tidak ada persiapan.....

Marilah saudaraku kita mulai belajar bersama dan persiapkan diri kita untuk menyambut Romadhan mulai sekarang!!!!!
JANGAN DITUNDA-TUNDA..... OK^_^

APA SIH PERSIAPANYA ?????? SILAHKAN BACA DISINI.......

1. Persiapan Ma’nawiyah (moralitas).

Yang dimaksudkan dengan mempersiapkan moralitas adalah menyambut dengan hati gembira bahwasanya Ramadhan datang sebagai bulan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. Maknawiyah yang siap akan memandang Ramadhan bukan sebagai bulan penuh beban melainkan bulan untuk berlomba-lomba meningkatkan kualitas ubudiyah dan meraih derajat tertinggi di sisi Allah SWT.

2. Persiapan Fikriyah (ilmu).

Untuk dapat meraih amalan di bulan Ramadhan secara optimal maka diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai Fiqhus shiyam. Oleh karena itu persiapan fikriyah tidak kalah penting bagi seseorang untuk mendapatkannya. Dengan pemahaman fiqhus Shiyam yang baik dia akan memahami dengan benar mana perbuatan yang dapat merusak nilai shiyamnya dan mana perbuatan yang dapat meningkatkan nilai dan kualitas shiyamnya.

3. Persiapan Jasadiyah.

Tidak dapat dipungkiri bahwa aktifitas Ramadhan banyak memerlukan kekuatan fisik, untuk shiyamnya, tarawihnya, tilawahnya dan aktifitas ibadah lainnya. Dengan kondisi fisik yang baik dapat melakukan ibadah tersebut tanpa terlewatkan sedikitpun juga. Karena bila kondisi fisik tidak prima terbuka peluang untuk tidak melaksanakannya amaliyah tersebut dengan maksimal, bahkan dapat terlewatkan begitu saja. Padahal bila terlewatkan nilai amaliyah Ramadhan tidak dapat tergantikan pada bulan yang lain.

4. Persiapan Maliyah (harta).

Persiapan maliyah ini bukanlah untuk beli pakaian baru atau bekal perjalanan pulang kampung atau untuk membeli kue-kue iedul fitri. Akan tetapi untuk infaq, shadaqah dan zakat. Sebab nilai balasan infaq, shadaqah dan zakat akan dilipat gandakan sebagaimana kehendak Allah SWT. Karenanya mempersiapkan maliyah ini dilakukan sedini mungkin agar dapat dimenej dengan sebaik-baiknya.

Persiapan tersebut guna mendapatkan buah Ramadhan yang mahal dan dapat melakukan amaliyahnya secara optimal dan maksimal. Sehingga bukan saja merasa senang dan gembira dengan datangnya Ramadhan akan tetapi memang sudah dipersiapkan sematang mungkin untuk berlomba-lomba dalam aktifitas kebajikan.

Optimalisasi Amaliyah Ramadhan

Sebagai sarana tazkiyah dan tarqiyah, Ramadhan sudah selayaknya diisi dengan berbagai aktifitas yang terprogram dan terarah. Agar buah Ramadhan yang sangat mahal itu dapat dipetik untuk kehidupan selama dan pasca ramadhan. Rasulullah SAW. telah memberikan contoh dan teladan kepada umatnya dengan melakukan amaliyah Ramadhan, antara lain:
1. Shiyam.

Amaliyah terpenting selama Ramadhan tentu saja shiyam, sebagaimana termaktub dalam QS. Al Baqarah: 183 – 187.

Di antara amaliyah Ramadhan yang diajarkan Nabi SAW. sebagai berikut :

* Berwawasan benar tentang puasa dengan mengetahui dan menjaga rambu-rambunya.
* Tidak meninggalkan shiyam, walaupun sehari dengan sengaja tanpa alasan syar’i.
* Menjauhi segala hal yang dapat mengurangi atau menggugurkan nilai puasa.
* Bersungguh-sungguh melakukan shiyam dengan menepati aturan-aturannya.
* Bersahur dan diutamakan mengakhirinya. Sabda Rasulullah SAW.

Sahur semuanya selalu mengandung barakah, maka janganlah kamu meninggalkannya walaupun hanya meminum dengan seteguk air putih. Sesungguhnya Allah beserta para malaikat-Nya memberi rahmat kepada mereka yang bersahur.

* Ifthar (berbuka puasa).
* Berdo’a setelah ifthar.
2. Tilawah Al Qur’an.

Membaca Al Qur’an merupakan transaksi yang selalu menguntungkan, tidak akan pernah mengalami kerugian sepanjang zaman. Firman Allah SWT.

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, (QS. 35:29) agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (QS. 35:30)

Tentunya membaca Al Qur’an di bulan Ramadhan sangat besar ganjaran dan nilainya. Rasulullah pun sangat besar perhatiannya pada Al Qur’an melebihi bulan-bulan lainnya. Disebabkan beberapa hal, antara lain :

* Al Qur’an pertama kali diturunkan pada bulan Ramadhan.
* Di bulan Ramadhan itulah Allah SWT. turunkan Al Qur’an dari Lauhul Mahfuzh ke langit dunia.
* Jibril datang kepada Rasulullah SAW. di bulan Ramadhan sehingga beliau mengaji pada Jibril.
3. Qiyam Ramadhan.

Di samping Ramadhan disebut sahrus shiyam juga disebut sahrul qiyam. Banyak ayat ataupun hadits yang menganjurkan untuk mengisi malam Ramadhan dengan qiyamullail. Untuk mendekatkan diri pada Allah SWT berharap ampunan-Nya. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW.:

” Barang siapa yang melakukan qiyamullail di bulan Ramadhan karena iman dan ikhlas dalam pelaksanaannya maka ia akan diampuni dosa-dosa sebelumnya (dan yang akan datang)” HR. Bukhari dan Muslim.”

4. Ith’am At Tho’am (memberi makan orang yang puasa) dan infaq.

Salah satu amaliyah Ramadhan yang dilakukan Rasulullah SAW. ialah memberi ifthar (santapan berbuka puasa pada orang yang berpuasa). Sebagaimana Sabdanya:

” Barang siapa yang memberi ifthar kepada yang berpuasa maka ia akan mendapatkan pahala senilai pahala yang berpuasa itu tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa.”

Dalam hal memberi ifthar dan shadaqah di bulan Ramadhan tidak saja terbatas hanya untuk keperluan ifthar, melainkan untuk segala kebajikan. Rasulullah yang dikenal dermawan dan kepedulian sosialnya lebih menonjol bahkan digambarkan dalam hadits pada masalah ini beliau lebih cepat dari angin.

Untuk lebih konkrit, infaq ini dapat disalurkan kepada:

* Orang yang berjihad di jalan Allah SWT.
* Fakir miskin dan orang yang memerlukan.
* Lembaga-lembaga sosial Islam yang dapat dipercaya untuk dapat menyalurkannya.
5. Memperhatikan kesehatan.

Meskipun shiyam ini termasuk ibadah mahdhah (murni), agar tetap optimal, Rasulullah mencontohkan umatnya tetap memperhatikan kesehatannya selama berpuasa dengan hal-hal sebagai berikut:

* Menyikat gigi dengan siwak.
* Berbekam.
* Memperhatikan penampilan. Rasulullah SAW. pernah berwasiat pada Abdullah bin Mas’ud agar memulai puasa dengan penampilan yang baik, tidak dengan wajah yang kusut.
6. Memperhatikan harmonisasi keluarga.

Meskipun ibadah puasa adalah ibadah yang khusus diperuntukan kepada Allah SWT. yang mempunyai nilai khusus pula di hadapan Allah SWT. namun Rasulullah SAW. sebagai suri tauladan juga tetap menjaga harmoni dan hak-hak keluarga selama Ramadhan. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah dan ‘Aisyah A. Bahkan di saat beliau berada dalam puncak ibadah shiyam yaitu ‘itikaf, beliau tetap menjaga harmoni keluarga.
7. Memperhatikan aktifitas sosial, perluasan dakwah dan jihad.

Berbeda dengan kesan banyak orang tentang Ramadhan, Rasulullah SAW. justru menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan penuh aktifitas yang
positif. Selain katifitas di atas, beliaupun mengisinya dengan aktifitas da’wah dan sosial, perjalanan jauh dan jihad. Seperti: perjalanan ke Badar (th 2 H), ke Makkah (th 8 H), ke Tabuk (th 9 H) dan lainnya.

Kitapun saat ini dapat melakukannya untuk menyemarakkan dakwah dengan melakukan rekruting sebanyak-banyaknya agar setelah Ramadhan bertambah barisan kader dakwah kita.
8. Berdo’a dan taubat.

Orang mukmin yang sadar, bahwa dirinya merasa berhajat pada Allah SWT. akan terus memohon ampunan pada Allah SWT. atas segala kekhilafan dan kedhaifan diri. Apalagi Ramadhan sebagai bulan ampunan dan rahmat. Rasulullah SAW. selama Ramadhan selalu membaca do’a berikut ini sebagai wujud pemintaan maghfirah dan rahmat Allah SWT.

” Ya Allah Engkau pemberi maaf, maka maafkanlah diriku “

9. ‘Itikaf.

Amaliyah Ramadhan yang juga dilakukan beliau adalah ber’itikaf yakni berdiam diri di mesjid dengan niat beribadah pada Allah SWT. terutama sepuluh terakhir di bulan Ramadhan. Sebagaimana firman-Nya:

” Dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa bercampur dengan isteri- isteri kamu, mereka itu adalah pakaian, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam, tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertaqwa.” (QS. 2:187)

10. Lailatul qadar.

Selama Ramadhan terdapat satu malam yang sangat populer, yaitu lailatulqadar, malam yang lebih berharga dari seribu bulan. Rasulullah SAW. tidak pernah melewatkan kesempatan untuk meraih lailatul qadar ini terutama malam-malam ganjil. Dalam hal ini Rasulullah SAW. bersabda

” Barang siapa yang shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan ikhlas pada Allah maka ia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

11. Umrah.

Umrah di bulan Ramadhan nilainya sama dengan ibadah haji atau haji bersama Rasulullah SAW. sebagaimana jawaban Rasul pada Ummu Salamah
yang bertanya masalah tersebut. Sabda Rasulullah SAW.:

” Apabila datang bulan Ramadhan maka berumrahlah, sebab umrah di bulan Ramadhan sama nilainya dengan haji atau sama dengan ibadah haji bersamaku “

Penutup

Demikianlah amaliyah dan aktifitas Ramadhan yang dianjurkan kepada kita untuk menjadi sarana tazkiyah dan tarqiyah untuk meraih derajat taqwa.

Agar buah Ramadhan ini tetap terjaga pada diri kita selama Ramadhan dan sesudahnya bahkan selama kehidupan kita. Sehingga seakan-akan seluruh kehidupan kita adalah Ramadhan. Akhirnya kita serahkan pada Allah SWT. agar selalu membimbing dan mengarahkan kita pada jalan yang lurus mencapai golongan orang-orang yang bertaqwa. Amin.

Oleh : Ust. Salim Segaf Al-Jufri

Minggu, 24 April 2011

ciri-ciri wanita solihah

Bagaimanalah gambaran pribadi seorang muslimah yang benar-benar shalihah? Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi telah menuliskan beberapa sifat, karakter dan kepribadian seorang muslimah yang shalihah secara utuh, sebagaimana yang diajarkan oleh Islam dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Tidak hanya shalihah kepada Rabb-nya, akan tetapi juga shalihah di tengah-tengah keluarganya, rumah tangganya dan masyarakatnya. Berikut ini ringkasan dari apa yang beliau tulis.
WANITA MUSLIMAH TERHADAP RABB-NYA
1. Mukminah yang sadar akan jati dirinya
2. Senantiasa mengabdi kepada Rabb-nya
3. Menegakkan sholat lima waktu
4. Terkadang mengikuti sholat jamaah di Masjid
5. Menghadiri sholat ‘iid
6. Melakukan sholat sunnah rawatib dan sholat-sholat sunnah yang lainnya
7. Membaguskan sholatnya
8. Menunaikan zakat atas hartanya
9. Berpuasa di bulan Ramadhan dan melakukan Qiyam Ramadhan
10. Berpuasa sunnah
11. Menunaikan ibadah haji ke Baitullah
12. Melakukan umrah
13. Senantiasa menaati perintah Rabb-nya
14. Tidak berkhalwat dengan laki-laki asing
15. Iltizam berhijab secara syar’i
16. Menjauhkan diri sepenuhnya dari ikhtilath
17. Tidak berjabat tangan dengan laki-laki yang bukan mahramnya
18. Tidak melakukan perjalanan jauh kecuali dengan ditemani suami atau mahramnya
19. Senantiasa ridha terhadap qadha’ dan qadar Allah
20. Suka bertaubat kepada Allah
21. Memiliki rasa tanggung jawab terhadap anggota keluarganya
22. Orientasinya hanyalah ridha Allah Ta’ala
23. Benar-benar menghayati dan mengamalkan makna ibadah kepada Allah
24. Beraktivitas dalam rangka menolong agama Allah
25. Komitmen terhadap kepribadian yang islami dan ajaran Islam yang dianutnya
26. Loyalitasnya hanya kepada Allah
27. Melakukan kewajiban amar ma’ruf nahy munkar
28. Banyak membaca Al-Qur’an
WANITA MUSLIMAH TERHADAP DIRINYA SENDIRI
Aspek jismiyah-jasadiyah :
1. Seimbang dan pertengahan dalam makan dan minum
2. Rutin berolahraga
3. Bersih badan dan pakaiannya
4. Senantiasa menjaga kesehatan mulut dan giginya
5. Memperhatikan perawatan rambutnya
6. Memelihara keindahan tubuhnya
7. Tidak bertabarruj dan berlebih-lebihan dalam memakai perhiasan
Aspek aqliyah :
1. Senantiasa memelihara akalnya dengan ilmu
2. Apa saja yang hendaknya dipelajari dan ditekuni oleh wanita muslimah ?
3. Wanita muslimah rajin menuntut ilmu
4. Jauh dari khurafat
5. Tidak pernah berhenti membaca
Aspek ruhiyah :
1. Iltizam dalam beribadah dan men-tazkiyah jiwanya
2. Memilih teman-teman dekat yang shalihah dan gemar mengadakan atau menghadiri majelis-majelis iman
3. Banyak mengucapkan doa dan dzikir yang ma’tsur
WANITA MUSLIMAH TERHADAP KEDUA ORANG TUANYA
1. Berbakti kepada kedua orang tuanya
2. Menyadari kemampuan kedua orangtuanya dan mengetahui kewajibannya kepada mereka berdua
3. Senantiasa bersikap baik dengan kedua orang tuanya meskipun mereka tidak beragama Islam
4. Sangat takut untuk mendurhakai kedua orang tuanya
5. Berbakti kepada ibunya kemudian ayahnya
6. Membaguskan cara berbaktinya kepada kedua orang tuanya
WANITA MUSLIMAH TERHADAP SUAMINYA
1. Menikah sesuai aturan dan tuntunan Islam
2. Memilih suami yang baik
3. Taat dan berbakti kepada suaminya
4. Berbakti kepada ibu mertuanya dan memuliakan keluarga suaminya
5. Sayang kepada suaminya dan senantiasa berusaha membuatnya ridha
6. Tidak membocorkan rahasia suaminya
7. Setia di pihak suaminya dan berusaha selaras dengan pendirian dan gagasan suaminya
8. Mendorong suaminya untuk gemar berinfaq di jalan Allah
9. Membantu suaminya untuk taat kepada Allah
10. Senantiasa berusaha untuk menyenangkan suaminya
11. Berhias dan mempercantik diri untuk suaminya
12. Bersikap lembut dan pandai berterima kasih kepada suaminya
13. Menyertai suaminya dalam suka dan duka
14. Menundukkan pandangannya dari selain suaminya
15. Tidak menggambarkan wanita lain kepada suaminya sampai seolah-olah melihatnya
16. Membuat suaminya tenteram, nyaman, dan tenang
17. Pemaaf dan lapang dada
18. Berkepribadian kuat dan iltizam kepada agama sepanjang hayatnya
19. Berusaha menjadi isteri yang sukses
WANITA MUSLIMAH TERHADAP ANAK-ANAKNYA
1. Sangat bertanggung jawab atas anak-anaknya
2. Mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang sebaik-baiknya
3. Memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya
4. Memperlakukan sama dan adil antara anaknya yang laki-laki dan yang perempuan
5. Tidak mendoakan yang buruk atas anak-anaknya
6. Sangat memperhatikan segala hal yang bisa mempengaruhi kepribadian anak-anaknya
7. Mengajarkan akhlaq yang mulia kepada anak-anaknya
WANITA MUSLIMAH TERHADAP KERABAT-KERABATNYA
1. Wanita muslimah senantiasa memelihara tali silaturahim sesuai dengan tuntunan Islam
2. Tetap menyambung tali kekerabatan meskipun kerabatnya itu tidak beragama Islam
3. Memahami silaturahim dengan maknanya yang luas
4. Tetap menyambung tali silaturahim meskipun mendapat tanggapan yang sebaliknya
WANITA MUSLIMAH TERHADAP PARA TETANGGANYA
1. Wanita muslimah bersikap baik dan penyayang kepada tetangganya
2. Gemar memberikan nasihat yang baik kepada tetangganya sesuai dengan tuntunan Islam
3. Mencintai tetangganya sebagaimana mencintai dirinya sendiri
4. Senantiasa bersikap dan berbuat baik kepada tetangganya, sesuai dengan kemampuannya
5. Berbuat ihsan terhadap tetangganya meskipun ia tidak beragama Islam
6. Mengutamakan tetangganya yang lebih dekat
7. Berusaha menjadi tetangga yang baik bagi para tetangganya
8. Bersabar terhadap sikap buruk para tetangganya
WANITA MUSLIMAH TERHADAP SESAMA AKHOWAT DAN PARA SAHABATNYA
1. Mencintai para akhowat dan bersaudara dengan mereka karena Allah
2. Tidak memutuskan persaudaraan dengan para akhowat ataupun memboikotnya.
3. Pemaaf dan lapang dada terhadap mereka.
4. Bersikap rendah hati kepada mereka.
5. Suka memberi nasihat yang baik kepada mereka.
6. Bersikap dan berbuat baik kepada mereka.
7. Tidak memusuhi atau menyakiti mereka, dan juga tidak ingkar janji kepada mereka.
8. Memuliakan mereka.
9. Mendoakan mereka ketika tidak bersama-sama mereka.
WANITA MUSLIMAH TERHADAP MASYARAKATNYA
1. Berakhlaq baik.
2. Jujur dan tulus.
3. Tidak berdusta dan berkata-kata buruk.
4. Suka memberi nasihat yang baik.
5. Suka menunjukkan dan mengarahkan orang lain kepada kebaikan.
6. Tidak menipu atau berkhianat.
7. Menepati janji.
8. Menjauhi sifat nifaq.
9. Bersifat pemalu.
10. Pandai menjaga diri.
11. Tidak berbuat sesuatu yang sia-sia atau tidak bermanfaat.
12. Tidak suka mengobral kata dan membuka aib orang lain.
13. Jauh dari sifat riya’.
14. Bersifat dan bersikap adil.
15. Tidak suka berbuat zhalim.
16. Pemaaf dan lapang dada, termasuk terhadap orang yang tidak menyukainya.
17. Tidak gembira dengan penderitaan orang lain.
18. Tidak suka berprasangka buruk.
19. Menghindarkan lidahnya dari ghibah dan namimah.
20. Tidak suka mengolok-olok atau berkata-kata keji.
21. Bersikap baik dan sopan kepada orang lain.
22. Bersifat penyayang.
23. Beraktivitas yang bermanfaat bagi masyarakat.
24. Peka dan empatik terhadap orang yang hidupnya menderita atau berkekurangan.
25. Berjiwa mulia dan murah hati.
26. Tidak mencela ketika bersedekah atau memberikan sesuatu kepada orang lain.
27. Berjiwa lembut.
28. Suka bermudah-mudah dan tidak suka menyulitkan.
29. Tidak hasad.
30. Jauh dari sikap haus publisitas dan popularitas.
31. Jauh dari sikap berlebih-lebihan dan memaksakan diri.
32. Kepribadiannya disukai banyak orang.
33. Bisa menjaga rahasia.
34. Tawadhu’ (rendah hati).
35. Seimbang dan pertengahan dalam hal pakaian dan penampilannya.
36. Memiliki perhatian yang besar pada urusan kaum muslimin.
37. Memuliakan tamu.
38. Menundukkan perilaku dan kebiasaannya pada timbangan Islam.
39. Tidak memasuki rumah orang lain kecuali setelah mendapat ijin.
40. Tidak meninggalkan majelis kecuali sampai urusannya dengan majelis itu selesai.
41. Menghormati orang yang lebih tua dan orang-orang yang dimuliakan.
42. Tidak suka menyelidikkan pandangannya pada rumah orang lain.
43. Sebisa mungkin tidak menguap dalam majelis.
44. Menetapi adab islami ketika bersin.
45. Tidak menggunting dalam lipatan untuk mendapatkan kedudukan.
46. Memilih pekerjaan yang sesuai dengan kewanitaannya.
47. Tidak menyerupai kaum laki-laki.
48. Senantiasa mengajak kepada kebaikan.
49. Ber-amar ma’ruf nahy munkar.
50. Berdakwah dengan cara yang hikmah.
51. Bergaul dengan para wanita yang shalihah.
52. Berusaha mendamaikan kaum muslimat yang saling bermusuhan.
53. Bersabar atas perilaku para wanita yang kurang menyenangkan dirinya.
54. Pandai berterima kasih.
55. Mengunjungi yang sakit.
56. Tidak meratapi mayit.
57. Tidak mengiringi jenazah.